Catatan Kecil untuk Bang Septian Waruwu

Roda kehidupan kian berputar waktupun begitu cepat berlalu, empat tahun lalu serasa baru terlewatkan kemarin sore. Iya, empat tahun lalu. Empat tahun lalu kau menjemputku di bandara Balikpapan, pertama kalinya aku menginjakan kaki di tanah Borne untuk melanjutkan kuliah.
Pertama kali kita ketemu rasanya begitu asing dan kaku seraya berkata kau katakan “Selamat datang di Kalimantan brother” saya sambut dengan senyum dan berkata “Apa kabar bang?”
Selama perjalanan dari Balikpapan menuju Samarinda kau bercerita kepadaku tetang perjalanan hidup selama di Samarinda, semua ceritamu membuat aku penasaran bagaimana rasanya hidup di kota orang yang belum pernah aku kunjungi sebelumnya, rasa shock dan takut pun jadi hilang dalam pikiranku. Kau bercerita seolah membuat shock terapi tetang stigma kerasnya hidup di perantauan.

Masih teringat jelas dalam ingatanku hingga sekarang kau mengatakan “Apapun yang kita alami nanti baik susah, senang, menderita kalau ditanya dari kampung bilang aja semua aman. You just say everithing it’s okay!”.

Sesampainya di Samarinda, kau memberitahu banyak hal tetang cara bertahan hidup di kota Samarinda, memberitahuku tetang kultur dan budaya Samarinda dan pantangan atau larangan yang tidak boleh dilakukan, tak luput juga selalu kau tekankan memberitahuku tetang bahaya pergaulan di Samarinda.

Pertamakalinya duduk di bangku kuliah kau mengajarkan banyak hal tetang dunia mahasiswa dan dunia kampus khusunya kampus Universitas Mulawarman. Aku yang masih minim pengetahuan terkait dunia mahasiswa selalu bertanya padamu, mulai dari cara belajar, cara bergaul bahkan hingga jadwal perkuliahan tanpa bosan kau selalu memberitahuku dengan detail. Waktu itu pertanyaan yang sering banget aku tanya “Bang, gimana sih cara dapat IP tinggi?” Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang membosankan buat mu, awalnya aku tak mengerti kenapa kau begitu susah jawab pertanyaan ini. Tak jarang kau menjawab “Jalani aja lah dengan baik” kadang juga kau jawab “IP itu gak penting tau! Substansi mahasiswa bukan berpacu pada IP”. Kadang aku penasaran apakah karena IPnya rendah? Karena penasaran aku lihat di KRSmu tapi ternyata IPmu tinggi. Lantas kenapa kau tidak menjawab dengan detail pertanyaan ini pikirku.
Awal perkuliahan semester satu aku masih belum ada teman nongkrong untuk menghabiskan waktu gabut, sehingga hampir tiap malam kau mengajak aku nongkrong dengan teman-temanmu. Nongkrong dengan berbagai kegiatan mulai dari diskusi, main kartu, membicarakan ceweklah dan lain-lain. Yang aku tau hampir setiap kali nongkrong kau selalu berbicara masalah ideologi, tugas pokok dan fungsi mahasiswa, sejarah bangsa, komunisme lah sampai liberalisme bahkan rekonsiliasi afrika selatan tak luput kau ceritakan. Aku yang tidak mengerti sama sekali hanya mendengarkanmu bercerita dan menganggukan kepala malah dalam benakku apasih gunanya mempelajari ideologi segala toh tidak ada di mata kuliahku juga dan tidak ditanya saat ujian, dalam pikiranku hanya bagaimana belajar materi yang diberikan dosen supaya dapat IP setinggi langit. Waktu itu tujuan utamaku dan pencapaian yang luar biasa ketika dapat IP setingi-tingginya, bahkan kalau bisa IPku 4,1 dalam hatiku.

Beberapa bulan kemudian aku lewati perkuliahan semester satu yang hanya berkutat dengan buku materi kuliah dan jadi mahasiwa kupu-kupu (kuliah pulang dan kuliah pulang). Waktu itu kau memaksa aku ikut organisasi mahasiswa ketika kau tahu aku hanya kuliah pulang, masih ingat waktu itu kau berkata “Jangan pulang ke kost habis kuliah, aktiflah organisasi mahasiswa!”. Mulai saat itu aku aktif organisasi mahasiswa dan disibukkan dengan kegiatan-kegiatan kemahasiswaan dan rapat. Mulai saat itu pula aku mengerti banyak hal tetang dunia mahasiswa dan tupoksi mahasiswa dan mulai saat situ juga lah aku belajar banyak hal yang tidak bisa didapatkan di bangku kuliah. Kini baru aku mengerti kenapa dulu kau begitu malas ketika aku nanya bagaimana mendapatkan IP setingi-tingginya.
Kurang lebih 4 tahun kita bersama di Samarinda, berbagai dera kehidupan anak kost kita alami, berteman dengan mie instan dikala tanggal tua adalah hal yang menarik untuk kita ceritakan di bulan berikutnya bahkan kau pernah berjanji padaku kita akan bercerita kembali ketika sudah sukses tentang cerita tanggal tua berteman dengan indomie telur. Banyak hal yang kau ajarkan padaku selama kita bersama, sungguh kau panutan bagiku selama di Samarinda. 

Aku tidak menyangka bahwa pertemuan terakhir kita ketika kau pamit pulang ke Tarutung, waktu itu kau pamit pulang seraya berkata “Jaga dirimu baik-baik Daniel, cepat kelarkan skripsimu!. Sampai jumpa lagi ya.!

Tepat tanggal 22 Oketober 2017 kemarin aku dengar kabar sakitmu telah sembuh dan kau telah pulang ke pangkuan Bapa di surga, rasa sedih, shock dan tidak percaya seketika bercampur dalam pikiranku seakan tidak terima secepat itu kau meniggalkan kami. Namun aku percaya setiap langkah manusia telah diatur oleh Tuhan dan “Berharga di mata Tuhan kematian semua orang yang dikasihi-Nya-Mazmur 116:15-



Selamat jalan bang..!
Tenanglah di sisi Bapa di surga.
Terimakasih untuk semua hal yang kau berikan padaku
Canda tawa dan cerita yang pernah kita ukir akan selalu aku kenang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Beasiswa Pemerintah Kabupaten Nias

Awal Sebuah Cerita di Kota Samarinda

Pulau Nias Dikala Senja