Pulau Nias Dikala Senja



Delau,
Anak petani dari kampung terpencil di Pulau Nias.

Tak terasa sudah sangat jauh perjalanan hidup ini. Awal cerita dimulai dari sebuah kampung kecil nan indah di sebuah pulau kecil sebelah barat Pulau Sumatera, pulau ini sering dikenal “Pulau Nias”. Banyak cerita yang terukir di pulau ini, cerita yang telah lapuk dimakan zaman yang seakan ingin terulang kembali dan cerita yang selalu membuat rindu yang menggebu dalam hati akan pulau ini. Semuanya dimulai dari sebuah kampung yang terpencil dari sebelah barat pelosok negeri, sebuah kampung yang jauh dari hingar-bingar kebisingan kota, jauh dari hiruk-piruk kehidupan yang eksklusif, kampung kecil yang bersahabat dengan alam yang asri. Kampung halaman yang penuh cerita dikala kecil seakan memanggil untuk kembali ketika di tanah rantau, memanggil untuk melihat kembali setiap sudut kampung tempat menghabiskan waktu bermain yang kini telah berubah karena perkembangan zaman. Di kampung yang indah ini alam menjadi teman bermain di waktu kecil, alam menjadi media untuk belajar bertahan hidup, menghabiskan waktu bermain dengan alam tanpa mengenal waktu. Bermain lumpur di sawah, mancing di kali, berenang di sungai dan berlarian di semak rerumputan adalah wahana bermain yang seru buat kami di kampung ini. Tanpa mengenal yang namanya gadget, teknologi, apalagi social media.

Seiring berputarnya waktu dan berjalannya roda kehidupan, baru menyadari jika masa kecil di sebuah kampung kecil ini adalah masa paling indah. Tugas matematika adalah masalah utama yang membuat galau kala itu, kadang pura-pura sakit biar tidak kesekolah ketika ada tugas matematika. Bermain dengan teman adalah tujuan utama kami sehabis pulang sekolah, bermain lumpur di sawah atau di parit untuk cari ikan kecil, memasang perangkap ikan dan betapa bahagianya ketika dapat ikan kemudian memasukan dalam plastik dan dipandangi sambil tertawa, walaupun kadang yang kami tangkap hanya kecebong-kecebong dan dikira ikan kecil. Tak jarang nyolong buah tetangga menjadi ajang untuk kompetisi lempar lembing buat kami, berburu burung dengan ketapel menjadi ajang kompetisi bakat  sniper, dan main bola yang terbuat dari plastik menjadi kompetisi tingkat piala dunia buat kami karena aturan kami sendiri yang buat. Sungguh masa paling menyenangkan!

Namun, semuanya berlalu begitu cepat dan hanya menyisakan dalam sebuah memory yang sering disebut ingatan. Roda kehidupan terus berputar dan perjalanan hidup mengantarkan saya untuk melanjutkan kisah di tanah Borneo, kenangan masa kecil di sebuah pulau kecil ini sering terlintas dalam ingatan ketika senja muncul di ufuk barat, yang seakan menyinari setiap sudut kampung yang dirindukan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Beasiswa Pemerintah Kabupaten Nias

Awal Sebuah Cerita di Kota Samarinda